Ta.

It's all about lifestyle in a city

Referensi Artikel Menyibak Buih-Buih Citarum


Artikel dengan judul Menyibak Buih-Buih Citarum adalah salah satu artikel panjang yang dipost disini. Referensinya adalah sebagai berikut.



Referensi Tulisan Feature:

  1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai
  2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 04/Prt/M/2015 Tentang Kriteria Dan Penetapan Wilayah Sungai
  3. Profil Sungai Citarum diakses dari website Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, http://bbwscitarum.com
  4. Profil Sungai Citarum diakses dari website citarum.org, http://citarum.org/tentang-kami/sekilas-citarum.html
  5. Data debit Sungai Citarum diakses pada website BPS, https://www.bps.go.id/statictable/2017/11/14/1984/rata-rata-harian-aliran-sungai-tinggi-aliran-dan-volume-air-di-beberapa-sungai-yang-daerah-pengalirannya-lebih-dari-100-km2-2015.html
  6. Penelitian pencemaran bahan kimia studi kasus di Citarum yang diterbitkan oleh Greenpeace diakses melalui http://www.greenpeace.org/seasia/id/PageFiles/469211/Full%20report%20_Bahan%20Beracun%20Lepas%20Kendali.pdf
  7. Persentase air baku untuk jakarta diakses melalui https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20180105/281784219479324
  8. Catatan Akhir Tahun Citarum Akankah Menjadi Sungai yang Harum oleh Donny Iqbal yang diakses melalui http://www.mongabay.co.id/2017/12/28/catatan-akhir-tahun-citarum-akankah-menjadi-sungai-yang-harum/
  9. Sungai Citarum Saatnya Ditata Menjadi Harum oleh Donny Iqbal diakses melalui http://www.mongabay.co.id/2018/01/21/sungai-citarum-saatnya-ditata-menjadi-harum/
  10. Peluang yang Selalu Ada untuk Pulihkan Sungai Citarum oleh Donny Iqbal diakses melalui http://www.mongabay.co.id/2017/11/27/peluang-yang-selalu-ada-untuk-pulihkan-sungai-citarum/
  11. Permasalahan Sungai Citarum diakses dari berita yang ditulis oleh Theofilus Richard diakses melalui http://jabar.tribunnews.com/2017/11/24/6-fakta-soal-di-balik-joroknya-sungai-citarum-termasuk-275-juta-jiwa-hidup-dari-sungai-ini?page=all
  12. Beban pencemaran Citarum diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180524145502-20-301002/pemerintah-didesak-tetapkan-tampung-beban-pencemaran-citarum
  13. Kementerian PUPR Terus Mendorong Daur Ulang Limbah Plastik Sebagai Campuran Aspal diakses melalui https://www.pu.go.id/berita/view/15343/kementerian-pupr-terus-mendorong-daur-ulang-limbah-plastik-sebagai-campuran-aspal
  14. Plastik Untuk Aspal Jadi Jawaban Permasalahan Limbah Plastik diakses melalui https://industri.kontan.co.id/news/plastik-untuk-aspal-jadi-jawaban-permasalahan-limbah-plastik
  15. Dow Chemical Bikin Jalan Bahan Baku Limbah Plastik  diakses melalui https://industri.kontan.co.id/news/dow-chemical-bikin-jalan-bahan-baku-limbah-plastik
  16. Komunitas Get Plastic Kampanyekan Alat Konvensi Daur Ulang Sampah Plastik Jadi BBM diakses dari http://www.galamedianews.com/bandung-raya/188562/komunitas-get-plastic-kampanyekan-alat-konvensi-daur-ulang-sampah-plastik-jadi-bbm.html
  17. Kemenperin-UNDP Susun Kebijakan Kelola Limbah Industri diakses melalui http://www.kemenperin.go.id/artikel/18625/Kemenperin-UNDP-Susun-Kebijakan-Kelola-Limbah-Industri
  18. Kemperin ciptakan teknologi pengelolaan limbah tekstil diakses melalui https://industri.kontan.co.id/news/kemperin-ciptakan-teknologi-pengelolaan-limbah-tekstil
  19. Perusahaan tekstil pembuang limbah citarum segera diadili diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180404155149-12-288223/perusahaan-tekstil-pembuang-limbah-citarum-segera-diadili

Referensi Gambar:

  1. Gambar 1 oleh Antara Foto/M Agung Rajasa diakses melalui https://katadata.co.id/berita/2018/01/17/jokowi-ada-3000-industri-yang-mencemari-sungai-citarum
  2. Gambar 2 peta dari website Balai Besar Wilayah Sungai Citarum yang diakses melalui http://bbwscitarum.com/2014/11/28/profil/
  3. Gambar 3 oleh Larry C. Price diakses melalui https://pulitzercenter.org/reporting/death-citarum-river-indonesias-most-toxic-waterway#slideshow-9
  4. Gambar 4 oleh Anadolu Agency/Eko Siswono Toyudho diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180524145502-20-301002/pemerintah-didesak-tetapkan-tampung-beban-pencemaran-citarum
  5. Gambar 5 oleh Larry C. Price diakses melalui https://pulitzercenter.org/reporting/death-citarum-river-indonesias-most-toxic-waterway#slideshow-3
  6. Gambar 6 oleh Wisma Putra/detikcom diakses melalui https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3741310/selamatkan-citarum-polda-jabar-ingatkan-pabrik-kelola-limbah


Share:

MENYIBAK BUIH-BUIH CITARUM


Menyibak Buih-Biuh Citarum/ ANTARA FOTO-AGUNG RAJASA
Citarum. Siapa tak pernah mendengar nama sungai terpanjang di Jawa Barat ini? Bertahun-tahun Citarum menjadi objek bermasalah yang penanganannya belum juga tuntas. Berbagai persoalan muncul, termasuk buruknya kualitas air. Padahal sungai dengan panjang 297 km ini memiliki potensi dan manfaat yang besar bagi kehidupan. Tak hanya manusia, banyak makhluk lain yang hidupnya bergantung pada Citarum. Bila polusi air terus menerus terjadi, tinggal menunggu waktu, masalah yang lebih besar akan mengakar.

Sekilas Tentang Citarum

Peta Wilayah Sungai Citarum | Untuk resolusi asli kunjungi link ini.
Citarum mulai mengalir dari hulu yang ada di Gunung Wayang, selatan Kota Bandung. Melewati lebih dari 10 kabupaten/kota, aliran Citarum bermuara di Laut Jawa. Berbanding lurus dengan predikat sungai terpanjang, Citarum juga memiliki daerah aliran sungai (DAS) terluas se-Jawa Barat. Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No.4/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, Citarum memiliki 19 daerah aliran sungai. Tentu saja dengan nama yang berbeda-beda. Seperti DAS Citarum, DAS Cipunagara, DAS Ciasem, DAS Bugel, DAS Batang Leutik dan 14 DAS lainnya. Luas DAS Citarum seluruhnya adalah 1.088.788,40 hektar. Dengan DAS sedemikian luas, bisa dibayangkan bagaimana debit air Citarum.

Data BPS (2017) menunjukkan rata-rata besarnya aliran Citarum di Kecamatan Batujajar tahun 2015 mencapai 62,3 m3/detik. Dengan rata-rata aliran 36,3 lt/detik/km2, tinggi alirannya 1.144,1 mm serta volume 1.965,6 juta m3. Di titik lain yaitu Desa Sadu, BPS mencatat rata-rata besarnya aliran mencapai 9,1 m3/detik, rata-rata aliran 45,5 lt/detik/km2, tinggi aliran 1.434,5 mm dan volume sebesar 288 juta m3. Secara keseluruhan debit rata-rata Citarum per tahun sebesar 5,7 miliar/m3/tahun. Debit air yang begitu besar, bukan?

Di sepanjang Citarum, terdapat 3 waduk besar. Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur. Waduk tersebut tersebar di 4 kabupaten yaitu Cianjur, Bandung Barat, Purwakarta, dan Karawang. Waduk mendukung sistem irigasi yang ada di kawasan sekitar Citarum. Dari data Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, sungai ini memiliki beberapa daerah Irigasi. Salah satunya daerah irigasi Jatiluhur yang luasnya kurang lebih 227.016 hektar. Selain irigasi, air citarum yang berada di waduk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Tak tanggung-tanggung, PLTA di Waduk Cirata merupakan pembangkit listrik tenaga air terbesar di Indonesia. Dan digunakan untuk supply listrik bagi kawasan Jawa-Bali. Sumber irigasi pertanian dan pembangkit listrik menjadi bukti bahwa Citarum memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan.

Selain keduanya, ada manfaat lain yaitu sumber air baku dan air perikanan. Menurut Erlan Hidayat, Dirut PAM Jaya, 81 persen pasokan air baku PAM Jaya bersumber dari Sungai Citarum, yaitu melalui Waduk Jatiluhur. Proses pengambilan air baku ke Sungai Citarum ini sudah belangsung selama 20 tahun. Debitnya bahkan sampai 14,6 m3/detik. Ini hanya diperuntukkan bagi masyarakat Jakarta saja. Bagi masyarakat Jawa Barat jumlahnya bisa lebih besar lagi. Karena penduduk Jawa Barat yang bergantung pada Citarum hampir dua kali jumlah penduduk Jakarta. Kemudian, sektor perikanan yang menggantungkan kebutuhan air tambak dari Citarum juga tidak sedikit. Dalam sektor perikanan, air dari sungai digunakan untuk menetralisir keasinan air laut. Sehingga air menjadi payau. Seperti yang dilansir mongabay.co.id (2017), seorang petambak di Desa Pakis, Kecamatan Pakis Jaya, Kerawang menjaga air tambaknya agar tetap payau untuk pertumbuhan ikan bandeng.

Tak hanya itu, Citarum memiliki peranan yang tak kalah penting. Air dari Citarum juga menjadi pasokan air untuk kegiatan rumah tangga seperti mencuci pakaian. Sektor industri dan peternakan di sekitar DAS juga membutuhkan supply air Citarum. Dan bila ditilik lebih jauh lagi, manfaat Citarum bagi kehidupan masyarakat cukup banyak. Belum ditambah manfaatnya bagi ekosistem sungai itu sendiri. Sebagai sungai terpanjang dan terluas di Jawa Barat, ekosistem sungai pasti tidak sedikit dan beragam jenisnya. Seperti ikan-ikan air tawar, katak, ular, rumput-rumput khas sungai, dan habitat lainnya. Seluruh makhluk yang menghuni sungai tersebut dipastikan memerlukan air.

Hal ini senada dengan apa yang diamanatkan Peraturan Menteri PUPR No.4/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. Bahwa, sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat di atas atau di bawah permukaan tanah. Dan definisi sungai menurut PP nomor 38 tahun 2011 adalah alur atau wadah alami/ buatan  berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Maka pemanfaatan air yang bersumber dari sungai sebagai wadah air di atas permukaan tanah menjadi salah satu cara yang wajar. Dan sah untuk dilakukan. Namun, bagaimana bila sungai sebagai sumber air bagi masyarakat dalam kondisi terpapar polusi?


“When the last tree has been cut down, the last fish caught, the last river poisoned, only then will we realize that one cannot eat money.”
~Cree Indians Proverb


Akar Masalah Citarum

Air pekat dan berbuih/ Foto oleh Larry C. Price
Faktanya, Citarum memang sedang “sakit”. Bahkan sudah kronis. Berbagai masalah terus membebani Citarum. Seperti kerusakan DAS karena deforestasi, praktik pertanian, dan pembangunan fisik; erosi dan sedimentasi; banjir dan kekeringan; penurunan tanah dan eksploitasi air tanah. Dan yang paling mengenaskan adalah polusi air atau pencemaran. Saking mengenaskannya, Desember 2008, Citarum mendapat gelar The World Dirtiest River yang disematkan oleh International Herald Tribune. Tak hanya berhenti disana, setahun setelahnya, Desember 2009, The Sun juga memberikan predikat serupa, The Dirtiest River. Tentu ini bukan gelar yang membanggakan. Justru, citra citarum di mata dunia memburuk.

Apa yang menjadikan Citarum kotor?

Polusi air banyak penyebabnya. Seperti limbah industri, limbah pertanian dan peternakan, limbah perikanan, limbah padat domestik atau rumah tangga, juga sampah yang mayoritas adalah plastik. Memang intinya sama, pencemaran. Tetapi penanganan masalah tidak akan tuntas bila akar masalah tidak diidentifikasi dengan benar. Dari permasalahan yang ada, dua permasalahan mendasar selama ini begitu mengusik. Limbah dan plastik.

Bagai susu dan tinta cumi/ / Foto oleh Anadolu Agency/Eko Siswono Toyudho CNN

Air yang tercemar limbah berwarna hitam pekat. Mengutip CNN Indonesia 25 Mei 2018 lalu, Direktur WALHI menyatakan beban pencemaran Citarum telah melewati ambang batas yang diamanatkan Perpres no 15 tahun 2018. Kondisi eksisting menunjukkan 430.996,09 Kg/hari limbah menyelimuti badan Sungai Citarum. Di Citarum, limbah yang paling banyak mengkhawatirkan adalah limbah pabrik di sekitar daerah aliran sungai. Limbah pabrik ini memberikan beban berat bagi Citarum. Data yang dipaparkan dalam Tribunnews, 2017, sebanyak 280 ton limbah kimia per hari bercampur dan mengalir memenuhi badan sungai. Januari lalu, Presiden Jokowi mengungkapkan setidaknya 3.000 pabrik membuang limbah ke Sungai Citarum (katadata.co.id, 2018).

Sampah. Permasalahan ini ada dimana-mana. Termasuk Citarum. Jika ditelisik, tentu saja sampah ini tidak langsung terbawa arus begitu saja. Ada faktor manusia yang masih tidak sadar lingkungan dengan membuang sampah sembarangan. Dan berakhir memenuhi Sungai Citarum, yang jika selamat mencapai hilir, akan bercampur dengan sampah-sampah di Laut Jawa.

Sampah sudah tak terpisahkan dari Citarum/ Foto oleh Larry C. Price

Tahun 2012, Greenpeace Asia Tenggara mempublikasikan hasil investigasi bahan kimia berbahaya dan beracun di Citarum. Hasilnya? Merkuri, kromium heksavalen, timbal, dan cadmium telah menyatu dalam sungai. Bahkan pada sedimen sungai, kromium, tembaga dan timbal juga ditemukan dalam kandungan cukup tinggi. Terlebih lagi, dari mongabay.co.id (2017), kimia berbahaya melebihi ambang batas berupa H25, bakteri E coli, Coliform, COD, BDO ditemukan pada Waduk Cirata. Hasil temuan ini tentu mengerikan.

Tak perlu penelitian yang panjang untuk menjawab pertanyaan, bagaimana bila air yang kita gunakan sehari-hari ternyata mengandung limbah? Tidak sesuai dengan baku mutu? Ya. Kesehatan tubuh kita dipertaruhkan. Dan kini, kesehatan ribuan orang yang bersinggungan dengan air Citarum dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Penyakit kulit, diare, muntaber dan berbagai penyakit lain mengintai setiap saat.

Air Citarum mengalir dari gunung. Jernih dan bersih. Kini, kita tidak berharap banyak aliran sungai Citarum menjadi jernih seperti air pegunungan.  Namun, setidaknya, air Citarum perlu “disulap” sesuai dengan standar baku mutu yang berlaku.


Upaya Penanganan Pencemaran Citarum


Penanganan pencemaran Citarum tidak dapat dilakukan sekaligus. Terlebih dalam waktu yang singkat. Karena banyaknya masalah dan komponen yang harus dilakukan. Maka lebih baik bila upaya penanganan dikerjakan secara paralel. Saat ini, berbagai macam teknologi dari yang murah hingga yang mahal telah diciptakan. Citarum mendesak untuk ditangani. Maka lebih baik menggunakan teknologi yang telah ditemukan, dibandingkan memulai teknologi yang baru dan membutuhkan waktu lama. Berikut beberapa teknologi yang cocok digunakan untuk menangani masalah di Citarum. Terutama sampah dan limbah.

Menangani sampah harus dimulai dari kesadaran masyarakat yang tinggal di sekitar DAS Citarum, dari hulu hingga hilir. Ini bukan perkara mudah, tetapi optimis berhasil bila dilakukan secara berkelanjutan. Dalam penanganan sampah, prinsipnya, reduce, reuse, recycle dan replace (4R). Masyarakat harus didampingi, jangan dibiarkan berjalan sendiri. Selain itu, mekanisme untuk menggunakan teknologi tepat guna harus terarah. Misalnya teknologi yang telah dikembangkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR. Kini, sampah plastik dapat diolah menjadi bahan campuran aspal. Bahkan, hasilnya dinilai dapat menjadikan aspal lebih awet. Ini adalah temuan yang bagus untuk menanggulangi Citarum khususnya dalam memerangi sampah. Tak hanya itu, teknologi serupa juga dikembangkan oleh Perusahaan Dow Packaging and Specialtu Plastics. Pihak swasta satu ini juga membuat teknologi yang disebut teknologi Dow dengan memanfaatkan limbah plastik dan diubah menjadi bahan baku pembuatan jalan. Kementerian PUPR dan perusahaan tersebut harus berkolaborasi dalam pengaplikasiannya. Dan selain itu, teknologi komunitas Get Plastic akan semakin memperkaya teknologi pengolahan sampah menjadi barang yang berguna. Komunitas ini telah menciptakan alat untuk mengubah sampah plastik menjadi BBM berupa solar, premium dan minyak tanah. Ini adalah kabar gembira. Tidak hanya sampah yang tertangani, renewable energy juga tercipta disini. Bila teknologi-teknologi ini dapat menjadikan sampah di Citarum sebagai bahan baku, maka perlahan sampah-sampah yang mengapung memenuhi badan sungai itu akan habis.

Kemudian penanganan limbah. Limbah banyak jenisnya. Untuk limbah rumah tangga, penggunaan biofilter akan menjadi teknologi yang ramah dan tepat guna dibandingkan harus melakukan pembangunan IPAL. Well, IPAL memang harus disediakan dengan standar tertentu. Namun, perlu diingat bahwa IPAL adalah teknologi yang cukup mahal bila harus disediakan dalam jumlah yang banyak. Mengingat hulu ke hilir cukup panjang. Kecuali, IPAL disediakan untuk kawasan industri. Ini akan lebih berdaya-guna.

Dalam menangani limbah tekstil, Balai Besar Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri yang berada dalam naungan Kementerian Perindustrian telah merancang reaktor elektrokatalitik pengolah air limbah. Bahkan rancangan ini memiliki beberapa kelebihan. Kelebihannya antara lain mudah dioperasikan, prosesnya cepat dan tidak menghasilkan sludge. Selain itu, tidak membutuhkan ruang yang besar karena berupa unit portabel sehingga mudah diaplikasikan untuk berbagai ukuran skala industri terutama yang dilakukan oleh industri kecil dan menengah (IKM). Teknologi ini sangat efektif untuk pengolahan air limbah dengan karakter polutan utama berasal dari zat warna reaktif, kandungan suspensi rendah, konsentrasi ion hidrogen dari larutan (pH) cenderung asam dan debit tidak besar. Pada kondisi optimal, reaktor ini dapat mereduksi polutan warna hingga 79%. Mungkin teknologi ini tidak akan sepenuhnya menjadikan Citarum bersih dari limbah tekstil. Namun setidaknya dapat mengurangi beban limbah yang cukup tinggi.

Selain teknologi diatas, upaya reward and punishment perlu dilakukan. Misal, memberikan reward ke masyarakat atas jasa-jasa melestarikan kawasan DAS Citarum. Dan memberikan hukuman bagi siapa saja yang terbukti melakukan pelanggaran. Misal pabrik yang membuang limbah ke sungai. Apresiasi kepada pemerintah yang telah menindak 41 perusahaan yang membuang limbah ke DAS Citarum sejak 2016 (CNN, 2018). Semoga memberikan efek jera bagi perusahaan lainnya.


Misi Citarum Harum dan Koordinasi Antar Stakeholder

Kuncinya kolaborasi/ Foto: Wisma Putra/detikcom
Saat banyak makhluk yang menggantungkan hidup dari air permukaannya, Citarum dilanda permasalahan yang tak kunjung habis. Dan akhir tahun ini, tepat 10 tahun predikat sungai terkotor didunia melakat. Lebih dari sewindu, permasalahan tak banyak ditekan. Apakah tidak ada usaha? Ada. Banyak program yang telah dicanangkan. Jauh sebelum milenium, tahun 1980, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menggagas Program Kali Bersih (PROKASIH). Kementerian LHK kala itu ingin meningkatkan kualitas air dengan instalasi pengolahan limbah industri dan skema pengelolaan air limbah domestik. Tahun 2007, BAPPENAS telah menyusun Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program. Tahun 2014, giliran Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan Gerakan Citarum Bersih, Indah dan Lestari (BESTARI). Bahkan ROADMAP Citarum juga telah disusun.

Permasalahan yang terjadi pada Citarum tidak hanya menyangkut persoalan personal atau satu lembaga saja. Melainkan permasalahan yang kompleks dan saling terkait antar sektor. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum semoga menjadi langkah awal koordinasi yang mulus antar lembaga. Pelibatan stakeholder lain juga wajib dilakukan. Dengan dukungan instansi, swasta, organisasi juga masyarakat Citarum Harum akan lebih mudah tercapai.

Citarum harum adalah cita-cita bersama. Perbaikan dari berbagai lini harus dilakukan demi tercapainya kelestarian sungai yang menjadi hajat banyak orang. Segudang manfaat dan potensi Citarum tak akan bisa dinikmati anak cucu bila diabaikan. Semoga Citarum Harum bukan hanya sekedar slogan. Bukan hanya sekedar program. Perbaikan tidak akan pernah bisa dilakukan instan. Mari bergerak bersama untuk Citarum Harum!



PS. Untuk mengetahui referensi yang saya gunakan untuk menulis artikel ini, silahkan buka halaman ini.

Share:

KATA FOTO 2. RAMADAN PAGI DI KAWASAN RELIGI


Hari minggu kemarin sempat mengunjungi Kawasan Ampel. Saya sudah menuliskannya disini.
Dan inilah beberapa foto yang sempat saya abadikan.

Masjid utama masih dalam proses pembersihan, seluruh pagar di tutup

Gembok masjid

Kawasan utama masjid yang bersih
Entah mengapa, ini menarik menurut saya
Tempat ini akan begitu ramai saat menjelang shalat
Masuk ke area makam Sunan Ampel
Sesekali pengunjung menuju area makam sunan

Sesekali pengunjung menuju area makam sunan (2)

Biasanya, area ini akan penuh sesak
Gentong-gentong berisi air siap minum, biasanya penuh sesak
Lengang

Beberapa ibu berseragam pink di koridor
Kawasan Makam Mbah Soleh, sepi.

Menikmati kesepian Ampel

Istirahat tanpa perlu takut ada yang mengganggu

Kakek itu satu-satunya yang saya temui dalam kondisi mengaji
Sayang banget tak terawat

Mungkin umurnya lebih tua dari saya
Kurma yang ditata super rapi

Bisa leluasa memilih barang yang diinginkan

Peci untuk bayi

Sentra UKM sepanjan koridor Jalan Sasak ke arah masjid juga sepi

Hanya sesekali pembeli datang.

Share:

Referensi Artikel Tentang Lamun

Hi there,


Gimana udah baca dong artikel saya tentang lamun. Yes, artikel yang barusan saya publish, Selamatkan Lamun Sebelum Manyun! Kalau kalian belum akses bisa banget klik Selamatkan Lamun Sebelum Manyun!

Artikel yang lumayan panjang. Karena memang niatnya ikut mengedukasi, sosialisasi juga mengkampanyekan lamun. Dulu, sewaktu kuliah, ada mata kuliah wajib namanya Perencanaan Kawasan Pesisir. Karena memang salah satu concern PWK ITS adalah pesisir. Nah, mata kuliah ini tidak tanggung-tanggung ada 3 kali. PKP 1, PKP 2, dan PKP 3. Masing-masing 3 SKS. Ada kuliah lapangan juga. Dan di mata kuliah inilah kali pertama mendengar istilah LAMUN.

That's why, waktu DSCP Indonesia dan KKP bikin project artikel, langsung excited banget buat ikutan. Selain itu akhir tahun lalu, sewaktu ada kegiatan di Banggai Laut, juga kagum banget lihat ekosistem lamun yang bener-bener ada bintang laut, nemo, dan kawan-kawannya.

Nah, karena lumayan diniati bikin artikel Selamatkan Lamun Sebelum Manyun! referensi yang saya pakai juga lumayan banyak. Ini list-nya.
  1. Siaran Press Kementerian Kelautan Perikanan diakses melalui http://kkp.go.id/djprl/artikel/261-sambut-hari-cinta-puspa-dan-satwa-nasional-kkp-ajak-publik-lindungi-duyunganchor-dan-ekosistem-lamun
  2. Booklet Status Padang Lamun Indonesia 2017 yang diterbitkan oleh LIPI diakses dari http://www.oseanografi.lipi.go.id/haspen/booklet%20status%20lamun%202017.pdf
  3. Penelitian: STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI PULAU TALISE, SULAWESI UTARA oleh KAREL TAKAENDENGAN dan MUHAMMAD HUZNI AZKAB yang dipublikasikan dalam jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2010) 36(1): 85- 95
  4. Penelitian: Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Kepulauan Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat Oleh Muh.Haidir Ansal dkk yang dipublikasikan dalam jurnal Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 8 (15) (2017) 29 - 37
  5. Penelitian: EKOSISTEM PADANG LAMUN (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi) oleh Umar Tangke yang dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010)
  6. Penelitian: IKAN PADANG LAMUN DI PERAIRAN PANTAI LATERI TELUK AMBON DALAM oleh Husain Latuconsina yang dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 1 (Mei 2011)
  7. Penelitian: ADA APA DENGAN LAMUN oleh Muhammad Husni Azkab yang dipublikasikan oleh Oseana, Volume XXXI, Nomor 3, 2006 : 45 - 55 ISSN 0216-1877
  8. Infografis Lamun 04 - Hubungan Duyung dan Lamun diakses dari https://drive.google.com/open?id=1kFHqh1mEo4LGb5D-NMjosdqCXx5k4JDm
  9. Handout Mata Kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir 1 - PWK ITS tentang Seagrass Ecosystem
  10. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN
  11. Peraturan Presiden No 122 Tahun 2012 Tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
  12. Dugong terancam, Ini Perannya Menjaga Ekosistem Laut oleh Tri Artining Putri diakses melalui https://tekno.tempo.co/read/764376/dugong-terancam-ini-perannya-menjaga-ekosistem-laut
  13. Pentingnya Lamun dan Dugong Bagi Ekosistem Hayati Laut diakses melalui http://lipi.go.id/lipimedia/pentingnya-lamun-dan-dugong-bagi-ekosistem-hayati-laut/19349
  14. Ikan Duyung Tak Seperti dalam Dongeng oleh Diah Anggraeni Retnaningrum diakses melalui http://www.satuharapan.com/read-detail/read/ikan-duyung-tak-seperti-dalam-dongeng
  15. Lamun, Tumbuhan Berbunga dari Laut diakses melalui http://www.greeners.co/flora-fauna/lamun-tumbuhan-berbunga-laut/
  16. About Dugong and Seagrass diakses melalui http://dugongconservation.org/about/about-dugongs-seagrass/
  17. Bersama Lestarikan Dugong dan Habitat Lamun di Indonesia diakses melalui https://www.wwf.or.id/?54502/Bersama-Lestarikan-Dugong-dan-Habitat-Lamun-di-Indonesia
  18. Tutupan Padang Lamun Indonesia 40 Persen diakses melalui http://www.greeners.co/berita/tutupan-padang-lamun-indonesia-40-persen/
  19. Konservasi Dugong DSCP Indonesia Sosialisasikan Pentingnya Habitat Lamun diakses melalui http://www.greeners.co/berita/konservasi-dugong-dscp-indonesia-sosialisasikan-pentingnya-habitat-lamun/
Dan untuk foto juga video diambil dari:
  1. Foto pribadi di Pulau Banggai Laut.
  2. Foto Lamun diakses di http://www.greeners.co/wp-content/uploads/2017/07/Tutupan-Padang-Lamun-Indonesia-Hanya-40-Persen.jpg
  3. Foto Duyung diakses di https://www.wwf.or.id/?54502/Bersama-Lestarikan-Dugong-dan-Habitat-Lamun-di-Indonesia
  4. Video tentang Lamun dan Duyung diakses dari Youtube DSCP Indonesia https://www.youtube.com/watch?v=FPPXr0YppYY
  5. Foto Sebaran dan Status Padang Lamun diambil dari BOOKLET Status Padang Lamun Indonesia 2017 yang diterbitkan oleh LIPI diakses dari http://www.oseanografi.lipi.go.id/haspen/booklet%20status%20lamun%202017.pdf



Well, thats all.. Silakan diakses bagi yang membutuhkan. 
Share:

Selamatkan Lamun Sebelum Manyun!

Lamun di Perairan Indonesia Timur/ Dokumen Pribadi

Pernah mendengar kata lamun? Bukan! Bukan melamun! Tetapi “Lamun”. Salah satu ekosistem yang ada di wilayah pesisir. Satu-satunya tumbuhan berbunga yang bisa hidup di laut. Jangan dibayangkan seperti rumput laut. Lamun bukan rumput laut. Keduanya berbeda. Lamun dikenal dengan seagrass, sedangkan rumput laut dikenal dengan seaweed. Well, harus diakui memang, sebagai ekosistem penting pesisir, lamun mungkin tidak setenar mangrove atau terumbu karang. Tetapi eksistensinya begitu penting bagi kelangsungan hidup ekosistem laut. Plus bagi kita, manusia.

Tentang Lamun

“Lamun: any of various grass like plants that inhabit coastal areas.”
~Kamus Merriem Webster (2003) dalam Booklet Status Lamun 2017

Menilik pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun, lamun didefinisikan sebagai tumbuhan berbunga yang hidup dan tumbuh di laut dangkal. Lamun memiliki akar, rimpang (rhizome), daun, bunga dan buah. Rimpang lamun berupa batang beruas-ruas yang tumbuh terbenam dan menjalar dalam substrat pasir, lumpur atau juga pecahan karang. Lamun berkembang biak secara generatif juga vegetatif. Generatif berarti penyerbukan bunga, sedangkan vegetatif berarti pertumbuhan tunas. Jadi wujudnya benar-benar seperti rumput, namun tumbuh dan hidup di dalam air. Cool, isn’t it?

Lamun-lamun yang membentuk padang lamun/ www.greeners.co
Lamun banyak sekali jenisnya. Di dunia, setidaknya ada 60 jenis lamun dan menempati 0,2% lautan dunia. Indonesia sendiri menjadi rumah bagi 15 jenis lamun dan tersebar di berbagai daerah. Menurut penelitian, di Pulau Talise Sulawesi Utara ada tujuh jenis lamun. Yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Halodule pinifolia, H. uninervis dan Cymodocea rotundata. Penelitian serupa di Perairan Kepulauan Waisai Kabupaten Raja Ampat mendapatkan jenis lamun berupa Enhalus acoroides, Halophila decipiens, H. ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, dan Syringodium isoetifolium. Di sisi lain, data LIPI mengungkap jenis lamun yang banyak ditemui di Indonesia adalah Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii.

Menariknya, lamun memiliki banyak nama lokal. Dalam Booklet Status Lamun 2017 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI nama lokal lamun diungkap lengkap. Seperti di Kepulauan Seribu, lamun disebut ’rumput pama’, ’oseng’, juga ’samo-samo’. Di Pulau Maratua, Kalimantan Timur, lamun jenis Enhalus acoroides dikenal sebagai ’rumput unas’. Berbeda lagi di Kepulauan Riau, sebutan ‘rumput setu’ atau ‘setu laut’ bisa jadi lebih terkenal daripada sebutan lamun.

Lamun memiliki fungsi dan peran yang ujungnya berimbas penting pada kita sebagai manusia. Pertama, mencegah erosi pantai. Rimpang dan akar lamun bisa menahan dan mengikat sedimen. Sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan laut. Bayangkan bila lamun punah, erosi akan semakin tinggi dan menggerogoti daratan. Padahal, lahan kita terbatas. Kedua, menjernihkan air laut. Saat gelombang air mengenai padang lamun, energinya menjadi turun. Sehingga sedimen yang terlarut di air mengendap ke dasar laut. Bayangkan bila kita ingin menghibur diri dengan mendatangi pantai, dan air pantainya keruh. Dan bayangkan pula jika airnya jernih. Bukankah kita memilih bayangan kedua? 😊 Ketiga, menyerap karbodioksida. Tidak hanya pepohonan di darat, tumbuhan laut ini juga menyerap CO2. Lamun dapat mengubah karbondioksida menjadi energi yang sebagian besar memasuki rantai makanan, baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun dekomposisi sebagai serasah.

Keempat, pendaur zat hara. Prinsipnya sama seperti di darat, bila zat hara melimpah, cacing “senang” hidup disana dan tanamanpun menjadi lebih subur. Begitu pula di laut. Laut memerlukan zat hara untuk mendukung keberlangsungan habitat di lautan. Dan habitat di laut saling terkait. Bila zat hara sedikit, “rumah” tidak akan nyaman bagi para penghuni laut. Kalau sudah tak nyaman, mereka akan kemana kalau tidak habis? Punah sudah. :( And the bad news, NO MORE SEAFOOD!

Kelima, masih berkait dengan fungsi lamun keempat, lamun menjadi rumah bagi banyak biota. Hasil penelitian Husain Latuconsina (2011) di perairan pantai Lateri Teluk Ambon Dalam (TAD) menyimpulkan sebanyak 288 individu dari 31 jenis ikan dan 19 famili terdapat di area padang lamun. Padahal, lamun yang terdapat di TAD hanya dua jenis, Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii. Tumbuh kurang lebih 30 meter dari tepi pantai dengan panjang zonasi lebih dari 100 meter. Dibandingkan dengan luasan lamun di dunia, 100 meter area lamun adalah luasan yang kecil. Namun ternyata mampu menjadi “rumah” bagi 288 ikan. Ini sejalan dengan peran ekosistem lamun yang menjadi tempat mencari makan (feeding ground), memijah (spawning ground), pembesaran (nursery ground), dan tempat berlindung bagi sebagian besar sumberdaya ikan. Dan tak hanya ikan, biota lain seperti kepiting, kerang, udang, bulu babi, bintang laut, teripang, penyu hijau juga duyung.
Duyung di lautan/ wwf.or.id
Bicara soal duyung, masih banyak masyarakat yang menyangka keberadaannya hanya sekedar cerita. Padahal duyung nyata di lautan kita. Jumlahnya tidak banyak. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadikan duyung sebagai salah satu spesies prioritas yang dilindungi. Dan International Union for Conservation of Nature, sebuah lembaga konservasi juga menetapkan duyung sebagai kategori spesies yang rentan punah. Bahkan bila manusia abai, duyung akan benar-benar punah. Padahal, duyung atau juga bisa kita sebut dugong, memiliki peran yang justru bersinggungan langsung dengan lamun. Keduanya memiliki simbiosis mutualisme. Para duyung saling berinteraksi di padang lamun. Duyung juga memakan daun dan rizoma lamun, terutama jenis pionir dari Halophilia dan Halodule. Istilah serunya, “duyungmelamun”. Nah saat berinteraksi dan memakan lamun, duyung akan membuat lamun menjadi subur. Dan bila subur, fungsi lamun bagi kelangsungan hidup penghuni laut bisa berjalan normal. Video kreatif dari youtube DSCP Indonesia ini menjadi salah satu sosialisasi singkat bagaimana lamun dan dugong saling terhubung.

Duyung memiliki ancaman hidup yang tinggi. Secara alami, reproduksinya sangat lambat. Bayangkan, butuh waktu 10 tahun untuk menjadi dewasa dan 14 bulan untuk melahirkan satu individu baru yang intervalnya 2,5 - 5 tahun. Belum lagi ancaman luar seperti tertangkapnya duyung secara tidak sengaja oleh alat tangkap perikanan (bycatch). Dan mirisnya, perburuan duyung mengintai setiap saat. Banyak orang tak bertanggung jawab memburu hewan langka ini. Tidak hanya untuk dimanfaatkan dagingnya, namun taring dan air mata duyung disinyalir memiliki nilai ekonomi tinggi. 


Kondisi Lamun Masa Kini.

Video diatas memberikan gambaran bahwa kondisi lamun tidak seluruhnya sehat. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI telah melakukan perhitungan luas lamun tahun 2017 lalu. Penghitungan luasan lamun dilakukan melalui analisis citra satelit LandsatETM+, Landsat 8 OLI, SPOT-5 yang diverifikasi di 22 lokasi monitoring lamun di Indonesia. Selain itu LIPI juga mengumpulkan data luasan lamun yang dihasilkan dari instansi seperti Badan Informasi Geospasial (BIG), Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan juga The Nature Concervancy. Dan hasilnya, luasan lamun Indonesia adalah 150.693,16 ha yang tersebar di berbagai daerah. Seperti di peta berikut.
Sebaran Lamun di Indonesia/ Booklet LIPI
Sayangnya, dari luasan tersebut, persentase tutupan lamun di Indonesia hanya 41,79%. Bahkan penelitian LIPI menunjukkan adanya degradasi tutupan lamun, dari 46% di tahun 2015 menjadi 37,58% pada tahun 2016. Jumlah tersebut bila digolongkan berdasarkan Kepmen LH 200 tahun 2004, status padang lamun di Indonesia termasuk dalam kondisi ’kurang sehat”. Mirisnya lagi, satu-satunya status lamun dalam kondisi sehat hanya ada di wilayah Papua.
Status Padang Lamun Indonesia/ Booklet LIPI 
Ancaman berkurangnya lamun juga statusnya masih terus menjadi soal. Angka tutupan lahan masih jauh dari 60%, apalagi 100%. Sementara masih banyak yang tidak tahu bagaimana berharganya lamun di lautan bagi manusia. Degradasi luas padang lamun disebabkan oleh faktor alami juga faktor manusia, terutama di lingkungan pesisir. Faktor alami tersebut antara lain gelombang dan arus yang kuat, badai, gempa bumi, dan tsunami. Faktor alami ini pelak tak dapat dihindari. Lantas bagaimana dengan faktor manusia? Faktor menusia yang mengganggu lamun berupa reklamasi pantai, pembangunan fisik, pengerukan dan penambangan pasir, pencemaran, penangkapan ikan dengan cara destruktif (bom, sianida, pukat dasar), dan tangkap lebih (over-fishing). Nah, kegiatan manusia yang bersifat merusak lamun inilah yang harus diminimalisir bahkan dihentikan.

Apa yang bisa diupayakan untuk menjaga lamun?

Upaya menjaga lamun sudah diinisiasi pemerintah, khususnya Direktorat Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Laut (KKHL - KKP). Tahun lalu, Pemerintah menyatakan bekerja sama dengan WWF-Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor dalam Siaran Pers No. SP. 2391A/DJPRL.0/XI/2017. Kerjasama dengan membentuk Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP Indonesia) ini tentu harus mendapat dukungan dari pihak lain. Terutama kita sebagai masyarakat.

Pertanyaannya apa yang bisa dilakukan masyarakat untuk menjaga lamun?

Pertama adalah edukasi dan sosialisasi. Poin penting yang banyak diungkapkan dalam pembahasan mengenai lamun adalah KETIDAKTAHUAN masyarakat akan pentingnya lamun. Maka hal pertama yang bisa dilakukan untuk menjaga lamun adalah edukasi dan sosialisasi. Pemerintah memang telah melakukan edukasi dan sosialisasi, tetapi tentu tidak dapat menjangkau semua orang. Maka tugas kita sebagai individu yang mengerti, melakukan edukasi dan sosialisasi. Edukasi bisa dilakukan siapa saja dan melalui media apa saja. Mulai dari keluarga, sekolah, komunitas, dan lingkungan sekitar. Edukasi dengan cara langsung, melalui media sosial, semuanya bisa dilakukan. Bila semua masyarakat teredukasi pentingnya lamun, kesadaran diri untuk menjaga lamun akan terbentuk dengan sendirinya.

Kedua terkait pencemaran. Harus diakui, laut kita tercemar. Tumpahan minyak, batubara, limbah industri, plastik, dan banyak faktor lainnya. Beban laut akan pencemaran ini sangat tinggi. Maka sebagai masyarakat awam, membuang sampah pada tempatnya, melakukan daur ulang sampah menjadi langkah kecil yang nyata bagi keselamatan laut. Dan berimbas positif pada kondisi lamun.

Ketiga berhubungan dengan ancaman lamun karena penangkapan ikan dengan cara destruktif (bom, sianida, pukat dasar), dan tangkap lebih (over-fishing). Selain pemerintah harus terus sosialisasi, memonitoring, melakukan tindakan sesuai kebijakan, juga mengevaluasi kegiatan-kegiatan tersebut. Sebagai masyarakat, terutama yang memiliki ikatan dengan kelompok nelayan atau tinggal di kawasan pesisir, harus ikut melakukan sosialisasi bagaimana menangkap ikan dengan cara yang baik. Bagaimana lamun dan duyung saling terhubung untuk kelangsungan kehidupan laut. Bagaimana ikan akan habis bila lamun dan duyung punah. Dan serba serbi lamun, duyung juga kelangsungan hidup di laut.

Upaya sederhana tersebut sedikit banyak akan membantu laut kita tetap makmur dengan lamun yang subur. Kemudian, untuk yang berkaitan dengan reklamasi pantai, pembangunan fisik, pengerukan dan penambangan pasir harus dikembalikan pada aturan perundangan. Reklamasi misalnya, harus benar-benar mengacu pada Peraturan Presiden no. 122 tahun 2012 tentang Reklamasi Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
***


Perlu kita sadari, peran kita sebagai masyarakat untuk ikut menyelamatkan lamun, duyung juga kelangsungan hidup laut sangat berarti. Maka penting untuk tidak terhenti. Jaga mereka sepenuh hati. Jangan sampai kita menyesal nanti. Yuk selamatkan lamun sebelum manyun!



PS. untuk mengetahui referensi yang saya gunakan, silakan klik disini.



Share:

Popular Posts

Labels

Blog Archive

Featured Post

1st Best Winner Blogging Competition by DSCP Indonesia